Puan dan mimpi

Teruntuk puan

Beberapa malam kuhabiskan memikirkan semua hal yang terjadi. Dan memang, terkadang rembesan angan akan menyembul ke dalam mimpi. Di mimpiku, kita memenuhi janji untuk berjumpa. Dalam upayaku, kuminta pamanku mendampingi, sebab jalan menuju tempat puan singgah begitu landai, fantastis, dan ia kudapuk sebagai juru kemudi. Di sana, aku menyusuri jalanan yang landai itu penuh takut dan ragu. Kami yang berkendara, terjungkal karena jalan yang begitu berliku. Dan benar, bahwa seperti mimpiku, jalanku memahamimu begitu membuatku ragu. 

Usai ketegangan tanpa henti, kami berhenti di sebuah hotel untuk meneguk segelas kopi. Di sana, kita bertelepon untuk menanyakan apakah terlaksana janji untuk berjumpa. Tiba-tiba, kulihat engkau turun dari lantai atas hotel itu, dengan seseorang yang wujudnya tak aku tahu. Kau berkata, "kamu terlalu lama, aku sudah mau pergi sama dia". Aku pun terduduk dengan sedih, ditemani pamanku yang juga turut berempati.

"sudah, pulang saja. Masih banyak kesempatan lain untuk singgah kemari". 

Mendengar ucapannya, aku berontak, "tapi aku tidak mau. Aku ingin semua berawal dari sini. Komitmenku tak ingin lagi kuingkari. Biar aku duduk disini, sampai dia kembali".

Namun sudut pandangku tak juga berganti. Dan aku hanya melihatmu, bersenang-senang dengan sosok itu di balkon. Kulihat parasmu yang cantik itu tengah berseri. Ingin rasanya aku yang berdiri di sana, namun fantasiku tak membebaskan kehendakku. Kau di atas sana, sementara aku berada di bawah sini dalam sepi. Aku pun berlari, menyusuri jalan yang landai menurun itu, tanpa berpamitan kepada pamanku. Gravitasi menghempasku, namun aku segera terbang. Terbang melintasi antariksa, dan melihat bumi yang gersang dan kering.

 Aku pun duduk di antara batuan angkasa, tak tahu lagi atas dan bawah. Dan aku pun terbangun, bingung tentang apa makna dibalik mimpi penuh fantasi itu. Hal yang kupikirkan, adalah bahwa mimpiku pun tak pernah bebas lagi, sebab fakta selalu mengalahkan fiksi. Kenyataan bahwa aku memutus ikatan semu denganmu, mungkin tak akan berganti. Dan di atas segala kerumitan yang ada, sebuah gagasan sederhana muncul tanpa berita. Aku tak boleh menyerah begini. Biar aku tenggelam sendiri, jatuh dalam ratapan tanpa henti, aku takkan kehilangan asa dan rasa seperti yang pernah kurasakan kepadamu. 

Comments

Popular Posts