Di Bandara

Aku pernah bermimpi. Mimpi unik, yang kukira tiada akan kualami lagi. Di sebuah siang, kami berdua tengah duduk di sebuah bandara yang tak asing bagi kami. Di tengah menanti pesawat pengiring kepergian kami, ia duduk menyandarkan bahunya kepadaku. Bersandar manja dan penuh kelegaan di sebelahku. 

Aku menatap matanya yang sembab dan selalu sayu itu. Tak seperti biasa, kacamata yang ia hiasi tak ada. Jaket merah yang ia kenakan, juga tak sama seperti sediakala. Wajahnya menatap senyum, melihat ke wajahku. Aku turut berbahagia, sebab kondisi yang tenang ini akan selalu kutepis di dunia nyata. Kerumunan orang banyak akan menggangguku, namun kali ini aku justru menikmatinya.

Di samping jendela, di sisi kanan kursi logam itu, kami duduk berdua. Menatap bandara yang luas, tanpa peduli akan pergi kemana. Hanya saja, engkau berdiri. Tak tahu bagaimana, engkau tiba-tiba bertanya,
"apa kamu pikirkan, apa yang aku pikirkan ?" 

Aku mengangguk. Menerima kenyataan yang sedang terjadi. Ia pun mengambang, tanpa kuragukan kebenaran ilmiahnya. Dan aku melihatnya terus mengambang dan menjauh, sebelum aku merelakannya untuk terbang sendiri. 

Aku terbangun, sadar bahwa kenyataan lebih getir. Kami yang dulu dekat, menjadi jauh hanya karena hal bodoh yang tak perlu terjadi. Walau kini kami tak lagi bersama, sosok yang kuimpikan ini, entah bagaimana kabarnya, semoga kuharapkan nanti berbahagia. 

27 November, 2019

(I miss Clarice)

Comments

Popular Posts