Cerita tentang Bulan, Malam dan Bintang Jatuh
Adakah yang peduli
Jika hati ingin berbagi
Tentang visi dan mimpi
Dari malam menuju pagi
Mungkin satu, dua kali
Rembulan berbisik lirih
"Apa guna bermuram begini
Jika tiada relung hati yang terisi"
Lantas aku berani memaki
Memaki bulan yang tak pahami
Bahwa perasaan itu dua sisi
Bagai gelap dan terang yang ia miliki
Bulan terdiam, kini giliran gelapnya malam
Dia berkata, yang kurasa hanya khayalan
Kesemuan, dasar perasaanku tak bertumpuan
Nanti aku 'kan kecewa oleh tumpulnya harapan
Sejenak ku termenung dan terbungkam
Melihat tabir yang disingkap oleh sang malam
Dia kira aku tak berpikir demikian
Dia kira aku dibutakan oleh kepalsuan
Tak diduga, saat bulan dan malam sibuk memaki
Setitik terang bintang jatuh tak mengabari
Hingga kukejar ia, walau sampai terjungkal nanti
Agar suatu saat, jadi nyata dibuatnya mimpiku ini
Memang kenyataan tak selalu mengindahkan
Kadang ia begitu getir, dingin dan tiada memaafkan
Namun, segala angan dimulai dari sebuah permintaan
Pinta sederhana yang kita amini dalam keseharian
(aku marah pada langit malam yang kucinta, justru ia paling jujur terhadap keraguan dalam rasa)
(aku marah pada langit malam yang kucinta, justru ia paling jujur terhadap keraguan dalam rasa)
Comments
Post a Comment