Bertinta Duka


Ada kondisi, waktu dan tempat, secara kontekstual mendukung suatu hal, termasuk sebuah perjumpaan. Tak ayal, menunggu momen, membayangkan saat yang tepat, mendamba penuh harap adalah hal yang kita idamkan. Mungkin disana kita terlena, membenarkan segala argumen, menelurkan alasan-alasan tuk meyakinkan diri, bahwa ada yang layak untuk diperjuangkan.

Masalahnya, apa untuk siapa dan kenapa? Masing-masing dari kita pasti punya sosok yang dituju, entah saudara, kekasih, orangtua dan kawan. Kita berusaha berjuang tuk mereka, tanpa pernah menanyakan adakah mereka berpikir dan bertindak serupa.

Pasalnya, upaya tak melulu disambut sukacita. Ada yang enggan bahkan menepis usaha dan iktikad baik seseorang. Takut imajinya terhunus kecewa, orang dapat menutup diri untuk menjauhkan dirinya dari cahaya. Dan biarpun lilin diberi, ia akan menjaganya sampai lelah sendiri.

Mungkin rindu itu seperti itu, datang tanpa kabar. Membiarkan diri tuk merindu pun tak baik pula. Namun seperti yang telah kututurkan, adakah orang lain turut merindukan kita?

Mari, kita sama-sama mencatat dan mengoreksi duka, adakah disana kita gores tinta berbumbu lara dan nestapa. Perlaham kita meruntutkan apa yang mengecewakan, lalu menjunjung hal yang patut diperjuangkan.


Comments

Popular Posts